Budaya safety yang kuat adalah pondasi penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan produktif. Di lingkungan perkantoran, seringkali risiko keselamatan dianggap remeh karena dianggap lebih aman dibandingkan lapangan atau pabrik. Padahal, kantor menyimpan berbagai potensi bahaya seperti masalah ergonomis, risiko kebakaran akibat listrik, atau kecelakaan slip dan trip. Membangun budaya safety berarti menanamkan nilai-nilai keselamatan sebagai kebiasaan sehari-hari, bukan sekadar kepatuhan terhadap aturan.
Langkah pertama dalam membangun budaya safety adalah komitmen dari manajemen. Ketika pimpinan memberikan contoh baik—seperti mengikuti briefing safety, menyediakan anggaran untuk perbaikan fasilitas, atau memasukkan indikator K3 dalam penilaian kinerja—karyawan akan melihat bahwa keselamatan adalah prioritas. Selain itu, keterlibatan aktif seluruh staf sangat penting. Program seperti Safety Champion, di mana karyawan menjadi duta keselamatan, atau penghargaan bagi yang melaporkan near-miss, dapat mendorong partisipasi.
Komunikasi yang efektif juga krusial. Pesan-pesan safety harus disampaikan secara konsisten melalui berbagai media, seperti poster, safety bulletin, atau grup diskusi digital. Pelatihan berkelanjutan, mulai dari workshop ergonomi hingga simulasi darurat, membantu meningkatkan kesadaran. Sistem reward dan recognition, seperti memberikan apresiasi kepada departemen dengan catatan keselamatan terbaik, dapat memotivasi tim untuk terus menjaga standar K3.
Untuk mempraktikkan langsung, kegiatan interaktif seperti diskusi kelompok tentang hazard di kantor atau role-play menolak tindakan tidak aman bisa dilakukan. Selain itu, langkah-langkah sederhana seperti safety walk rutin, menyisipkan safety moment di awal rapat, atau memperbaiki penanda visual seperti label peringatan dapat langsung diterapkan. Dengan pendekatan ini, budaya safety tidak hanya menjadi tanggung jawab tim K3, tetapi bagian dari nilai bersama seluruh karyawan.
Kunci keberhasilannya adalah konsistensi. Dimulai dari hal kecil, seperti menegur rekan yang tidak mengikuti prosedur, hingga kebijakan struktural seperti integrasi K3 dalam evaluasi kerja. Jika semua pihak berkomitmen, keselamatan akan menjadi budaya yang mengakar kuat, mengurangi risiko insiden, dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat serta produktif.