Sarapan merupakan salah satu kebiasaan sederhana yang sering diabaikan, padahal memiliki pengaruh besar terhadap keselamatan dan kinerja pekerja. Setelah tubuh beristirahat selama 7–8 jam di malam hari, kadar energi dan gula darah berada pada titik rendah. Sarapan berfungsi mengembalikan energi, menjaga kestabilan gula darah, dan mempersiapkan tubuh agar mampu menjalankan aktivitas kerja dengan baik. Tanpa sarapan, pekerja berada dalam kondisi fisik dan mental yang kurang optimal sehingga lebih rentan terhadap human error, kesalahan kecil, hingga potensi kecelakaan kerja.
Pekerja yang melewatkan sarapan biasanya mengalami gejala seperti mudah lelah, sulit berkonsentrasi, pusing, gemetar, dan reaksi tubuh yang lambat. Dalam lingkungan kerja, kondisi ini dapat berbahaya, terutama bagi pekerja yang mengoperasikan mesin, alat berat, kendaraan, atau pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi. Penurunan fokus dan reaksi lambat dapat membuat pekerja sulit memperhatikan detail, tidak awas terhadap potensi bahaya, serta lebih rentan melakukan keputusan yang salah. Bahkan di lingkungan perkantoran sekalipun, tidak sarapan dapat menyebabkan penurunan produktivitas, kesalahan administrasi, kehilangan fokus pada rapat penting, hingga meningkatnya stres kerja.
Untuk mendukung keselamatan dan kinerja yang optimal, pekerja dianjurkan mengonsumsi sarapan bergizi seimbang yang mencakup sumber karbohidrat kompleks, protein, serat, vitamin, dan mineral. Kombinasi seperti roti gandum dan telur, oats dengan buah, nasi dengan lauk berprotein, atau yogurt dengan buah memberikan energi yang bertahan lebih lama tanpa membuat tubuh cepat mengantuk. Sebaliknya, sarapan yang terlalu manis atau berminyak berlebihan dapat menyebabkan tubuh cepat lemas atau mengantuk karena lonjakan dan penurunan gula darah yang drastis.
Di banyak tempat kerja, kasus pusing mendadak, mual, atau hilang konsentrasi yang dialami pekerja sering dipicu oleh kurangnya asupan sarapan. Kondisi seperti ini tidak hanya mengganggu kinerja, tetapi bisa menimbulkan potensi kecelakaan sederhana seperti tersandung, salah langkah, salah input data, atau penggunaan alat kantor secara ceroboh. Dengan sarapan, kestabilan fisik dan mental dapat terjaga.
Pada akhirnya, sarapan bukan hanya kebutuhan tubuh, tetapi bagian dari upaya menjaga keselamatan kerja. Pekerja yang sarapan memiliki energi stabil, tingkat fokus lebih tinggi, reaksi lebih cepat, dan risiko kelelahan yang lebih rendah. Kebiasaan sarapan yang baik akan mendukung budaya kerja yang aman, produktif, dan berkelanjutan. Dengan membiasakan sarapan setiap hari, kita berkontribusi langsung terhadap kesehatan diri sendiri sekaligus mengurangi potensi kecelakaan di lingkungan kerja.